Rabu, 17 Februari 2010

HEI KAAMMUU...!!!

aku duduk sendiri, smbil menatap awan putih di langit sana. Tiba2 awan berjalan beriringan & menyatu bersama awan2 yg lain. Sekelibat tp begitu jelas, ada wajah terukir disana. Wajah kamu.

Aku duduk sendiri, smbil membaca buku novel, karangan penulis favoritku. Hati ku sperti tertegun sesaat, membaca cerita nya. Alur demi alur kujalani. Kata per kata aku maknai & cerita nya meningatkanku pd seseorg, kamu!

Aku duduk sendiri, di bus kota yg sedang melaju kencang. Penumpangnya sngt sedikit & bus berlari kencang seakan jalanan ini adlh milik dia. Di tngh2 dengungan mesin bus, msih ada saja alunan lagu dr sang seniman jalanan dgn gitar andalannya. Lagu demi lagu, ia dendangkan demi mendapatkan recehan yg ditampung dlm kantong bekas pengharum pakaian. Aku tdk bgt mendengarkan tp samar2, senimam kotor itu menyanyikan lagu yg dlu sempat diperuntukkan hny untukku. Lagu yg membuat aku berwajah merah sprti apel. Lagu yg membuat hati ku sprti jantung org yg akan menaikki roller coaster tercepat di dunia. Iya, lagu itu prnh dibawakan sesorg utk ku, sang pelantun, kamu!

Aku duduk sendiri, di atas balkon jendela kamar ku, smbil melihat ke bawah. Jalan nya sepi & hny org2 yg sedang memperjuangkan hidupnya dgn berdagang sesuatu yg mgkin akan bermanfaat bg pembelinya. Angin bertiup pelan, bulan pun serasa hny sebesar bola mata. Dia datang, mendongak penuh harap kpd sang empunya balkon. Tatapannya penuh harap, wajahnya berkeringat krn menempuh bnyk perjalanan utk smpai ke tujuan. Senyumannya mengulas harapan indah, sebesar harapannya utk bersama dgn pujaan hati yg kini ia pandang. Ya, kenangan itu ada tp sdh berlalu & skrg entah kemana kenangan itu krn yg mendongak ke atas, sdh tdk mendongak lg, dia pergi & dia sang pendongak, kamu. Ya kamu!

Aku duduk sendiri, di atas rumput hijau, menghirup segar nya daun2 yg berkilau krn dijatuhi air semalam. Semuanya begitu menyenangkan & nyaman. Sang pendongak, sang pelantun telah pergi. Pergi bersama hati nya. Sang pendongak telah melupakan hatinya yg dulu. Kini sang empunya balkon menikmati segala kenangan ttg sang pendongak. Menikmati semua air mata, segala kenangan, segala senyuman, segala tawa bersama kamu. Ya kamu! Kamu tidak pantas bagi saya!

Tidak ada komentar: